Intisari Kelas Bedah Buku Bab III - Masa Kehamilan Ibu Part 1
Intisari kelas bedah buku Bab III “Masa Kehamilan Ibu Part I”
Tanggal : 24 November 2013
Kegiatan : Bedah Buku
Tema : Sutra Bakti Seorang anak Bab III
Pemandu : Rina, David, Andoko, Rowi
Intisari : Masa Kehamilan Ibu Part I
Waktu : Pukul 10.00 – 12.00
Lokasi : Kantor Cabang Medan. Jl. Cemara Boulevard Blok G1 No. 1-3 Cemara Asri
Sang Buddha mengatakan kepada Ananda : “Dengarlah baik-baik, aku akan menjelaskan kepadamu secara rinci”.
Janin tumbuh dalam kandungan ibu selama sepuluh bulan. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada di situ.
Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin genting bagai titik embun
pada daun yang kemungkinan tidak dapat bertahan dari pagi hingga sore
dan sudah menguap pada tengah hari.
Master melihat laporan berita tragis, dan menurut analisa Master ada tiga sebab terjadinya tragedy tersebut :
1. Mengabaikan fungsi kehidupan.
2. Mengabaikan arti sbenarnya dari cinta kasih di dalam kehidupan.
3. Mengabaikan kemampuan intuitif dari cinta kasih di dalam kehidupan.
Pada bulan kedua kehamilan, janin menjadi kental seperti dadih. Pada bulan ketiga kehamilan, janin seperti darah mengental.
Pada bulan keempat kehamilan, janin mulai berwujud sedikit seperti manusia.
Sang Buddha mengatakan bahwa janin dalam rahim ibu bagaikan berada di
daerah pegunungan darah, jika ingin menjadi wujud manusia, harus
melewati sebuah perjuangan, menderita bagaikan terjeput oleh dua gunung;
dari sini terlihat bahwa jika kita ingin terlahir di dunia ini, juga
harus membayar mahal, itu sebabnya Sang Buddha bersabda: “Sulit sekali
terlahir sebagai manusia”.
Pada bulan kelima kehamilan, pada
janin dalam kandungan ibu mulai tumbuh lima benjolan. Apa yanh dimaksud
dengan lima benjolan ini? Kepala, dua tangan, dan dua kaki.
Masing-masing adalah satu bjolan, semuanya lima benjolan.
Pada
bulan keenam kehamilan, janin mulai mengembangkan enam alat indera,
yaitu mata , telinga, hidung, lidah, badan & pikiran.
Pada
bulan ketujuh kehamilan, ketiga ratus enam puluh tulang dan persendian
mulai terbentuk, delapan puluh empat ribu pori-pori juga telah sempurna.
Pada bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan Sembilan lubang buangan telah terbentuk.
Sharing Rowi Tong Xue
Saya sharing tentang teman kakak saya, yang dimana sudah menikah 5
tahun belum dianugerahi seorang anak. Alangkah senangnya disaat waktu
lama yang dinantikan, dianugerahi lah anak yang dimana sangat berbahagia
sekali pasangan suami istri ini mendapatkan hasil bahwa anaknya kembar.
Dimana juga sepasang suami istri ini sangat bahagia dan bersemangat
sekali untuk membeli perlengkapan bayi, mendesign sebuah ruangan untuk
menyambut bayi yang akan dilahirkan.
Pada satu hari sebelum hari
persalinan, dokter kandungan menginfokan untuk sudah harus standby
bermalam 1 malam di rumah sakit, karena anak kembar maka persalinan akan
dilakukan melalui operasi sesar.
Pada malamnya, dini hari, istri
tersebut tiba-tiba sakit perut atau perutnya berkontraksi hingga membuat
istri tersebut sangat kesakitan. Suami juga segera menghubungi dokter
untuk segera menangani hal tersebut, setelah di cek ternyata air
ketubannya sudah pecah dan harus segera mengambil tindakkan antara
menyelamatkan ibunya atau kedua anaknya.
Dapat kita lihat bahwa
bagaimana besarnya cinta seorang ibu, yang dimana sang istri lebih
memilih keselamatan anaknya daripada dirinya. Dikarenakan harus adanya
keputusan dari keluarga istri maka sang dokter menyuntikan obat untuk
menurunkan tekanan darah istri sang istri.
Betapa mukjizatnya bahwa
sang anak dalam kandungan masih hidup, maka segera juga dilakukan
operasi sesar untuk mengeluarkan anak dalam kandungan tersebut. Sangat
disayangkan pada saat operasi berjalan, tekanan darah sang istri menurun
drastis dan terus menerus menurun yang dimana setelah operasi selesai,
sang istri sempat melihat kedua anaknya terlahir selamat setelah itu
menutup mata untuk selamanya.
Dapat kita lihat bahwa sang ibu
berkorban demi kelahiran dan keselamatan anaknya untuk dapat lahir
didunia ini dan melihat dunia ini.
Sharing Effendy Tong xue
‘Saya ingin sharing tentang, dimana saya baru saja ada kejadian yang sangat menyentuh diri saya sendiri.
Minggu lalu saya yang bekerja sebagai sales yang kantor saya bertempat
di KIM 1, pas saya arah mau pulang, saya di senggol dan jatuh dari
kereta yang saya naikki dan kaki saya terluka.
Pas saya pulang, saya
bukannya di tanyakan keadaan saya yang sedang terluka malah saya
dimarahi dan dibilang sangat bodoh, tidak berguna dan segalanya.
Saya sabar saja karena saya sudah berjanji pada diri sendiri yang sudah
menjadi anggota Tzu Ching maka harus sabar dan harus dapat mengontrol
diri.
Tetapi karena mama tetap memarahi saya yang dimana kehabisan
kesabaran saya dan saya sempat membentak mama saya bahwa saya sudah luka
malah saya dimarahi dan malah mengkhawatirkan kereta saya dari pada
luka saya.
Saya sempat tidak berbicara dengan mama saya 2-3 hari.
Setelah itu mama mau ke Jakarta untuk mengunjungi paman yang ada
disana.
Dan saya membantu dirinya untuk menyusun baju dikoper yang
dimana malah ditolak untuk dibantu tetapi saya tetap membantu. Dan
besoknya saya yang membantu mengangkat kopernya untuk naik ke Angkot.
Ditengah jalan mama telp bahwa kunci koper tertinggal dan meminta saya untuk menjemputnya balik.
Disaat dalam perjalanan balik tersebut, ternyata mama mengatakan bahwa
dia bukan mengkhawatirkan sepeda motor saya, melainkan dia
mengkhawatirkan saya.
Dari situ saya merasa saya sangat tidak berguna yang dimana sudah memarahi dan membentak mama saya.
Dari pelajaran bedah buku hari ini juga saya merasa setelah mengetahui
pengorbanan seoranbg ibu untuk melahirkan seorang anak itu tidak mudah
dan saya sangat menyesal karena sudah membentak orang tua saya yang
dimana sangat menyayangi saya sebagai anaknya.
Berikut Kata Perenungan Master Cheng Yen terbaru (Shared by Januar Tambera)
Dalam menjalani kehidupan, jangan menyandarkan diri pada tiga hal, yaitu kekuasaan, kedudukan dan uang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
做人要三不靠:一不靠權利,二不靠地位,三不靠金錢。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
In dealing with matters, there are three things that we should not rely on: puissance, status or money.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Gan En :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar